Pra Penulisan Karya Ilmiah
Langkah-langkah menulis setiap orang berbeda-beda, akan tetapi setiap orang kebanyakan melalui kegiatan merencanakan, menulis, merefleksikan, dan merevisi. Kegiatan merencanakan meliputi mengumpulkan bahan, menentukan tujuan, menentukan pembaca, dan membuat krangka tulisan atau sistematika tulisan. Kegiatan menulis meliputi kegiatan mengembangkan sistematika yang telah disusun pada tahap perencanaan menjadi sebuah draf atau konsep tulisan. Pada tahap ini, penulis membiarkan pikiran-pikiran mengalir tanpa terganggu dengan kaidah-kaidah kebahasaan sampai terwujud sebuah tulisan utuh. Kagiatan refleksi merupakan kegiatan meninjau kembali draf dari berbagai aspek misalnya kebahasaannya, kesesuaian dengan rancangan awal, keruntutan gagasan, dan kemanfaatan tulisan. Kegiatan merevisi merupakan kegiatan akhir yang dilakukan penulis. Penulis memperbaiki dan menyempurnakan draf tulisan, termasuk membetulkan kesalahan-kesalahan dari seluruh aspek.
Kerangka Penyusunan Karya ilmiah terdiri dari:
1. Judul
2. Lembar Pengesahan
3. Abstrak/Ringkasan
4. Kata Pengantar
5. Daftar Isi
6. Daftar Tabel
7. Daftar Gambar
8. Daftar Lampiran
9. Daftar Istilah dan atau Daftar Singkatan [kalau ada]
10. BAB I Pendahuluan (latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran)
11. BAB II Tinjauan Pustaka
12. BAB III Bahan dan Metode Penelitian (bentuk penelitian, subjek penelitian, ukuran sampel, definisi operasional, variabel penelitian, prosedur penelitian, cara pemeriksaan/pengukuran, analisis data, tempat dan waktu penelitian, jadwal penelitian, alur penelitian)
13. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
14. BAB V Kesimpulan dan Saran
15. Daftar Pustaka
16. Lampiran.
Teknik Penyusunan Karya ilmiah Kerangka Penyusunan Karya Ilmiah. Dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap antara lain.
1. Tahap Persiapan
a. Pemilihan masalah atau topik dan mempertimbangkan
b. Pembatasan topik atau penentuan judul
c. Pembuatan kerangka karangan (outline)
2. Tahap Pengumpulan data
a. Pencarian keterangan dari bhn bacaan atau referensi.
b. Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan dijadikan tema dalam karya ilmiah.
c. Pengamatan langsung (observasi) ke obyek yang akan diteliti dan dijadikan tema dari karya ilmiah.
d. Melakukan percobaan dilabolatorium atau pengujian data di lapangan.
3. Tahap Pengorganisasian.
a. Pengelompokan bahan untuk mengorganisasikan bagian mana yang akan temasuk dalam karya ilmiah, data yang telah terkumpul diseleksi kembali dan dikelompokan sesuai jenis, sifat dan bentuk data.
b. Pengkonsepan karya ilmiah dilakuakn sesuai dengan urutan dalam kerangka karangan yang telah ditetapkan.
4. Tahap Pemeriksaan/ penyunting konsep.
a. Melengkapi data yang dirasa masih kurang.
b. Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta tidak cocok dengan pokok bahasan karya ilmiah.
c. Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk menghindari penyajian bahan-bahan secara berulang-ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu dengan tulisan yang lain.
d. Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah untuk menghindari pemakaian bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan pemilihan kata, penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraph, maupun penerapan kaidah ejaan sesuai EYD
5. Tahap Penyajian.
a. Teknik penyajian karya ilmiah harus dengan memperhatikan segi kerapian dan kebersihan, Tata letak (layout) unsure-unsur dalam format karya ilmiah, memakai standar yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.
Sumber :
https://okizainalfahmi.wordpress.com/2010/03/30/pra-penulisan-karya-ilmiah-tahapan-dalam-menulis-karya-ilmiah/
http://yopipazzo.blogspot.co.id/2012/12/langkah-langkah-dalam-penulisan-karya.html
Membuat Outline (Kerangka Karangan)
Kerangka merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.Sedangkan karangan adalah sebuah karya tulis yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan kepada pembaca. Jadi kerangka karangan adalah suatu suatu rencana atau rancangan yang memuat garis besar atau ide suatu kaya tulis yang disusun dengan sistematis dan terstruktur.
Manfaat Kerangka Karangan:
a. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
b. Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
c. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu.
d. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
e. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
Cara Membuat Kerangka Karangan :
1. Merumuskan tema dan menetukan judul suatu karangan
Sebelum membuat karangan, tentukanlah dahulu tema karangan yang akan dibuat. Tema ini yang akan mempengaruhi seluruh isi dari karangan yang akan dibuat. Pilihlah tema-tema yang sedang hangat atau tema yang menjadi kesenangan Anda. Hal ini akan sangat membatu untuk mengembangkan karangan.
Setelah mendaptkan tema, tentukan juga judul karangan yang akan dibuat. Usahakan membuat judul yang singkat dan menarik pembaca untuk membaca karangan tersebut.
2. Mengumpulkan bahan
Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain. Catatlah semua topik yang terlintas di dalam pikiran untuk memudahkan penseleksian bahan atau topik.
3. Menseleksi bahan
Setelah mendapatkan topik, seleksilah topik-topik tersebut yang sesuai dengan tema karangan dan penting. Hindari membahas topik-topik yang tidak penting untuk di bahas.
4. Mengembangkan kerangka karangan
Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.
Pola Susunan Outline
1. Pola Ilmiah : Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan kenyataan yang nyata di alam.
· Urutan waktu : Urutan yang didasarkan pada urutan peristiwa atau kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
· Urutan ruang : Mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasa digunakan dalam tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif.
· Urutan topik yang ada : Suatu peristiwa yang sudah di kenal dengan bagian-bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian-bagian itu harus di jelaskan berturut-turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian-bagiannya itu.
2. Pola Logis : Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis.
· Urutan klimaks dan antiklimaks : Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
· Urutan kausal : Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
· Urutan pemecahan masalah : Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternative-alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
· Urutan umum-khusus : Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
· Urutan familiaritas : Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.
· Urutan akseptabilitas : Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca.
Syarat Kerangka Karangan yang baik
a. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Lalu buatlah tesi atau pengungkapan masksud.
b. Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersbut harus dirinci.
c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
d. Harus menggunakan simbol yang konsisten.
Sumber :
http://andainah.blogspot.co.id/2015/11/tugas-bahasa-indonesia-kerangka.html
http://www.kelasindonesia.com/2015/04/pengertian-contoh-kerangka-karangan-dan-cara-membuatnya.html
http://www.astalog.com/1366/apa-yang-dimaksud-dengan-outline.htm
https://azizturn.wordpress.com/2009/11/21/kerangka-karangan/
Tahap Penyusunan Karya Ilmiah
Setelah kita menentukan penelitian itu untuk tesis, skripsi, atau disertasi, maka langkah selanjutnya, kita menentukan penelitian kuantitatif atau penelitian kualitatif, selanjutnya adalah menyusun karya ilmiah. Tahap-tahap penyusunan karya ilmiah menempuh beberapa langkah antara lain:
1. Tahap Persiapan Menulis Karya Ilmiah
Pada tahap persiapan, penulis suatu karya ilmiah harus mempersiapkan topik. Hal ini berarti penulis harus menentukan apa yang akan dibahas dalam tulisan. Topik dapat dipilih misalnya, mengenai pertanian, hukum, sumber daya manusia, dan sebagainya. Menurut Akhadiyah (1999:7-8) dalam memilih topik perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:
a. Topik itu ada manfaatnya dan layak untuk dibahas.
Ada manfaatnya, mengandung pengertian bahwabahasan topik tersebut akan memberikan sumbangan bagi ilmu yang ditekuni atau bagi perkembangan ilmu. Layak dibahas mengandung pengertian topik tersebut layak dibahas dan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni penulis.
b. Topik itu menarik, terutama bagi penulis
c. Topik dikenal baik oleh penulis
d. Bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai
e. Topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
Topik yang terlalu luas menyebabkan penulis tidak dapat membahas topik itu secara mendalam. Namun, topik yang terlalu sempit akan menyebabkan topik terlalu khusus dan tidak dapat digeneralisasikan.
Setelah menentukan topik, langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Judul adalah label atau nama suatu karangan. Judul hendaknya tidak berbentuk kalimat, tetapi berbentuk frase. Judul juga harus sesuai dengan topik karangan dan dinyatakan secara jelas (tidak bermakna ganda). Menurut Arifin (2003:9) penentuan judul karya ilmiah dapat pula ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa, bagaimana, di mana, dan kapan.
Bagian akhir dari tahap persiapan adalah pembuatan kerangka karangan. Misalnya, penulis karya ilmiah mengambil topik mengenai Motivasi dan Kepemimpinan dengan judul Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Hotel Santika Semarang. Hal-hal yang dapat dibahas berkenaan dengan judul itu, antara lain “mamajemen sumber daya manusia”, “motivasi”, “kepemimpinan”, dan “kepuasan kerja”. Hal-hal tersebut dapat dijadikan empat judul bab analisis. Bab-bab tersebut dapat dirinci lagi dengan memecah menjadi beberapa bagian. Misalnya”motivasi” dapat dipecah lagi menjadi “pengertian motivasi”, “teori motivasi”, dan “motivasi dan perilaku”. Begitu pula dengan bab-bab lainnya.
Setelah disusun menjadi bab dan subbab, maka langkah selanjutnya adalah membuat kerangka karangan. Guna pembuatan kerangka karangan adalah mengarahkan penulis agar fokus dalam analisisnya. Kerangka karangan tersebut misalnya
Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Hotel santika semarang
1. Manajemen Sumberdaya Manusia
2. Motivasi
2.1 Pengertian Motivasi
2.2 Teori motivasi
2.3 Motivasi dan Perilaku
3. Kepemimpinan
3.1 Pengertian Kepemimpinan
3.2 Teori kepemimpinan
3.3 Tipe Kepemimpinan
3.4 Fungsi Kepemimpinan
4. Kepuasan kerja
4.1 Pengertian kepuasan Kerja
4.2 Teori Kepuasan Kerja
4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
4.4 Manfaat kepuasan kerja
4.5 Pengukuran Kepuasan Kerja
Jika kerangka karangan sudah lengkap, maka langkah selanjutnya adalah membuat daftar isi.
2. Tahap Pengumpulan data dalam Karya Ilmiah
Tahap pengumpulan data dapat di lakukan melalui pengamatan peristiwa,mencari informasi melalui pencatatan dokumen, melakukan eksperimen di laboratorium, melakukan rekaman audio visual atau rekaman audio, dan catatan di lapangan yang lengkap.
3. Tahap pengonsepan dalam Karya Ilmiah
Apabila data sudah terkumpul,peneliti menyeleksi data tersebut. Kemudian peneliti menggolongkan-golongkan data berdasarkan sifat, jenis, atau bentuk. Peneliti menentukan pula data yang akan dipergunakan dalam penelitian selanjutnya, serta dapat pula menyimpan data yang mungkin di perlukan dalam tahap penelitian berikutnya.
4. Tahap penyuntingan Karya Ilmiah
Tahap selanjutnya adalah tahap penyuntingan dimana sebelum mengetik konsep, peneliti harus memeriksa data yang sudah dianalisis tersebut.hal-hal yang tidak koheren atau penjelasan yang berulang-ulang dapat di edit.dalam tahap ini apabila peneliti merasa ada bagian yang dirasa kurang, maka dapat diperbaiki dengan tambahan-tambahan informasi yang diperlukan.
5. Penyajian Karya Ilmiah
Dalam tahap penyajian, peneliti siap menyusun karya ilmiah tersebut untuk dibaca orang lain. Maka, penataan baik dari segi teknis dan materi harus diperhatikan dengan cermat oleh peneliti karya ilmiah
Dalam sebuah penelitian, Suyitno (2011) berpendapat bahwa harus ada topik atau masalah yang melatarbelakangi penelitian tersebut. Topik tersebut harus ditetapkan pertama kali dalam menyusun langkah-langkah penelitian. Topik atau masalah adalah hal-hal yang akan dibahasa dalam penelitian. Intinya, topik dapat berupa persoalan pokok yang memerlukan pemecahan, penjelasan, pendeskripsian, dan penegasan lebih lanjut.
Adapun cara menentukan topik dalam sebuah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penelitian sesuai dengan bidang si peneliti
Penelitian yang dilakukan haruslah sesuai dengan bidang studi yang di dalami oleh peneliti. Peneliti wajib memahami dengan jelas apa saja wilayah kajian bidang studinya sehingga peneliti tidak akan meneliti di luar bidang studinya.
2. Bermanfaat bagi masyarakat khususnya subjek penelitian
Penelitian yang dilakukan harus bermanfaat bagi bidang studinya. Penelitian akan sangat terasah manfaatnya apabila langsung diterapkan dalam kehidupan nyata.
3. Mengetahui hakikat dasar perbedaan jenis penelitian
Hal ini dirasa begitu penting sehingga peneliti nantinya mampu menggunakan metode penelitian sesuai dengan penelitian yang ia lakukan (Rahardjo dalam majalah pendidikan, 2011).
4. Masalah yang diambil bersifat baru
Ada baiknya mengembangkan dan menemukan sesuatu yang baru tentu akan lebih dihargai daripada hanya sekadar meniru apa lagi plagiasi (jiplak).
5. Tema yang sedang tren (hot topik)
Tema yang sedang tren biasanya akan memenuhi persyaratan kampus dan akan disetujui oleh pembimbing. Seorang peneliti juga tak perlu ragu untuk bertanya kepada pembimbingnya tentang topik yang hangat dikalangan bidang studinya (sri widyaningsih: 2012).
6. Dalam jangkauan peneliti (Manageable topic)
Topik yang akan dijadikan penelitian itu hendaknya tidak berada di luar jangkauan kemampuan si peneliti. Maka dalam memilihnya, perlu mempertimbangkan beberapa segi, antara lain: kemampuan memecahkan masalah dalam topik. Dalam Manageable topic ini juga perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tersedia dana yang cukup
2. Batas waktu untuk menyelesaikan penelitian
3. Sponsor dan konsultan
4. Kerja sama dengan pihak lain
7. Data dari topik mudah didapatkan (Obtainable data)
Meskipun peneliti dapat memilih topik yang sangat baik, namun belum tentu data yang diperlukan tersedia dan mudah diperoleh. Maka peneliti perlu menyesuaikan antara topik penelitian dan kemudahan dalam memeroleh data penlitian.
8. Topik cukup penting untuk diteliti (Signifance of Topik)
Topik yang dipilih haruslah penting untuk diteliti. Ada dua hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih topik yang penting yaitu: pertama, sumbangan hasil penelitiannya dapat memenuhi minat akademis dan minat masyarakat luas; kedua, sifat topik tidak merupakan duplikasi dari topik-topik yang telah diteliti oleh orang lain.
9. Topik yang menarik (interested topic)
Hendaknya, topik penelitian tersebut menarik sehingga menimbulkan minat dan semangat peneliti untuk melakukan penelitian berdasarkan topik yang telah ia tentukan (Hadi dalam Tanjung dan Ardial, 2005: 14-18).
Tanjung dan Ardial (2005: 24) menambahkan bahwa pentingnya masalah untuk diselidiki, pada umumnya dikaitkan kepada beberapa hal, antara lain kepada:
1. Masalah itu menyangkut kepentingan umum (masyarakat) baik mendesak maupun tidak mendesak.
2. Masalah itu merupakan mata rantai, apabila tidak dipecahkan banyak masalah lain yang terbengkalai.
3. Masalah itu penting dan pemecahannya dapat mengisi kekosongan dan kekurangan ilmu dan pengetahuan, dan sebagainya.
Sumber :
http://ragambahasakita.blogspot.com/2015/03/tahap-penyusunan-karya-ilmiah.html
https://pojokpakdani.wordpress.com/2013/03/09/tips-menetukan-topik-penelitian-membuat-latar-belakang-penelitian-dan-cara-menentukan-rumusan-masalah/
Kamis, 09 Juni 2016
Jumat, 15 April 2016
DATA
Data
adalah catatan atas kumpulan fakta.
Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa
Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam penggunaan
sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya.
Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabelyang
bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra.
Dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan
untuk menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas
dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak langsung
mengalaminya sendiri, hal ini dinamakan deskripsi. Pemilahan banyak data
sesuai dengan persamaan atau perbedaan yang dikandungnya dinamakan klasifikasi.
Dalam pokok bahasan Manajemen Pengetahuan, data dicirikan sebagai sesuatu yang bersifat mentah dan tidak memiliki konteks. Dia sekadar ada dan tidak memiliki signifikansi makna di luar keberadaannya itu. Dia bisa muncul dalam berbagai bentuk, terlepas dari apakah dia bisa dimanfaatkan atau tidak.
Dalam pokok bahasan Manajemen Pengetahuan, data dicirikan sebagai sesuatu yang bersifat mentah dan tidak memiliki konteks. Dia sekadar ada dan tidak memiliki signifikansi makna di luar keberadaannya itu. Dia bisa muncul dalam berbagai bentuk, terlepas dari apakah dia bisa dimanfaatkan atau tidak.
Menurut berbagai sumber lain, data dapat
juga didefinisikan sebagai berikut:
• Menurut kamus bahasa inggris-indonesia, data berasal dari kata datum yang berarti fakta
• Dari sudut pandang bisnis, data bisnis adalah deskripsi organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian (transactions)yang terjadi
• Menurut kamus bahasa inggris-indonesia, data berasal dari kata datum yang berarti fakta
• Dari sudut pandang bisnis, data bisnis adalah deskripsi organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian (transactions)yang terjadi
•
Pengertian yang lain menyebutkan bahwa data adalah deskripsi dari suatu
kejadian yang kita hadapi intinya data itu adalah suatu fakta-fakta tertentu
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dalam menarik suatu keputusan
Jenis-jenis
data
dapat dibagi
berdasarkan sifatnya, sumbernya, cara memperolehnya, dan waktu pengumpulannya.
Menurut sifatnya, jenis-jenis data yaitu:
- Data Kualitatif: data
kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka, misalnya: Kuesioner
Pertanyaan tentang suasana kerja, kualitas pelayanan sebuah rumah sakit
atau gaya kepemimpinan, dll.
- Data Kuantitatif: data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, misalnya: harga saham,
besarnya pendapatan, dll.
Jenis-jenis
data
menurut
sumbernya, antara lain:
- Data Internal: data
intenal adalah data dari dalam suatu organisasi yang menggambarkan keadaan
organisasi tersebut. Contohnya: suatu perusahaan, jumlah karyawannya, jumlah
modalnya, atau jumlah produksinya, dll.
- Data Eksternal: data
eksternal adalah data dari luar suatu organisasi yang dapat menggambarkan
faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja suatu organisasi.
Misalnya: daya beli masyarakat mempengaruhi hasil penjualan suatu
perusahaan.
Jenis-jenis
data
menurut
cara memperolehnya, antara lain:
- Data Primer (primary data): data
primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu
organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan
studi yang bersangkutan yang dapat berupa interview, observasi.
- Data Sekunder (secondary data): data
sekunder adalah data yang diperoleh/ dikumpulkan dan disatukan oleh
studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain.
Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip
resmi.
Jenis-jenis
data
menurut
waktu pengumpulannya, antara lain:
- Data cross section, yaitu
data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at a point of time) untuk
menggambarkan keadaan dan kegiatan pada waktu tersebut. Misalnya; data
penelitian yang menggunakan kuesioner.
- Data berkala (time series data), yaitu
data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk melihat perkembangan suatu
kejadian/kegiatan selama periode tersebut. Misalnya, perkembangan uang
beredar, harga 9 macam bahan pokok penduduk.
Metode
Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data
merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana
data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau
data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya. Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya. Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang
biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.
1. Angket Angket / kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan
atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Meskipun
terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan
jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip
Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
- Isi dan tujuan pertanyaan artinya
jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang
jelas dalam pilihan jawaban.
- Bahasa yang digunakan harus
disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa
yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak
mengerti bahasa Inggris, dsb.
- Tipe dan bentuk pertanyaan apakah
terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah
bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta
untuk memilih jawaban yang disediakan.
2.
Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan
angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi
(situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan
pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant
Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara
langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati
sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai
bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah,
hubungan antar guru, dsb.
Non
participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation,
Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung
dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian. Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian. Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi
ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
3.
Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul
data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif) Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif) Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
- Wawancara terstruktur artinya
peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali
dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara
sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder,
kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
- Wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat
poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
Pengertian
atau definisi populasi
Populasi adalah merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Itulah definisi populasi dalam penelitian.
Populasi
di sini maksudnya bukan hanya orang atau makhluk hidup, akan tetapi juga
benda-benda alam yang lainnya. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang
ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, akan tetapi meliputi semua
karakteristik, sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut.
Bahkan satu orangpun bisa digunakan sebagai populasi, karena satu orang
tersebut memiliki berbagai karakteristik, misalnya seperti gaya bicara,
disiplin, pribadi, hobi, dan lain sebagainya.
Di
bawah ini beberapa pengertian populasi menurut para ahli:
- Menurut, Ismiyanto – populasi
adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang dapat
berupa; orang, benda, / suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan
atau dapat memberikan informasi (data) penelitian.
- Sedangkan Arikunto – Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi.
- Dan menurut Sugiyono – Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subjek yang mempunyai
kuantitas & karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Pengertian
Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari
anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
populasinya. Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
seluruh yang ada di populasi, hal seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan
dana atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai
sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang akan diambil dari populasi
tersebut harus betul-betul representatif atau dapat mewakili.
HIPOTESIS
HIPOTESIS
Hipotesis (hypo = sebelum;thesis =
pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum
diketahui kebenarannya. Biasanya, dalam sebuah penelitian kita
merumuskan suatu hipotesis terhadap masalah yang akan diteliti.
Jadi, pengertian hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian. Dikatakan sementara karena, jawaban yang diberikan melalui
hipotesis baru didasarkan teori, dan belum menggunakan fakta. Hipotesis
memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan
teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai
hubungan-hubungan antara variabel-variabel dalam persoalaan.
Sebagai contoh, ada sebuah pertanyaan
tentang; apakah tamatan SMU yang memiliki nilai UN tinggi akan mampu
menyelesaikan studi perguruan tinggi dalam waktu yang relatif lebih cepat? Pertanyaan
ini dapat kita ubah menjadi pernyataan sebagai berikut: ada hubungan positif
antara nilai UN SMA dan prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Kalimat
yang terakhir ini adalah bentuk suatu rumusan hipotesis yang menghubungkan dua
variabel, yaitu nilai UN dan prestasi belajar. Dengan demikian, hipotesis ini
memberikan arah pada penelitian yang harus dilakukan.
1. MANFAAT
HIPOTESIS
Menunjukkan masalah pada penelitia
Menunjukkan variabel
Menunjukkan metode analisa data pada
penelitian
Memberi kerangka pada penyusunan
kesimpulan penelitian.
2. JENIS-JENIS
HIPOTESIS
1. Hipotesis
Nol (Ho)
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang
menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel
dependen (Y). Artinya, dalam rumusan hipotesis, yang diuji adalah
ketidakbenaran variabel (X) mempengaruhi (Y). Ex: “tidak ada hubungan antara
warna baju dengan kecerdasan mahasiswa”.
2. Hipotesis
Kerja (H1)
Hipotesis Kerja (H1) adalah hipotesis yang
menyatakan adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen
(Y) yang diteliti. Hasil perhitungan H1 tersebut, akan digunakan sebagai dasar
pencarian data penelitian.
Jenis-jenis
Hipotesis :
a) Hipotesis
dilihat dari kategori rumusannya
Dibagi
menjadi dua bagian yaitu
(1) hipotesis nihil yang biasa disingkat
dengan Ho
(2)
hipotesis alternatif biasanya disebut hipotesis kerja atau disingkat Ha.
Hipotesis
alternatif ada dua macam, yaitu hipotesis terarah dan hipotesis tak
terarah.
b) Hipotesis
dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.
Dilihat
dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (1) hipotesis tentang hubungan dan
(2)
hipotesis tentang perbedaan.
c) Jenis
Hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya,
hipotesis dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan hipotesis minor.
Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan
seluruh objek penelitian, sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang
terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari
hipotesis mayor).
CIRI-CIRI
HIPOTESIS YANG BAIK DAN BENAR
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis
tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan
mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat
secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja
membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki
beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
o
Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang
disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi.
Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah
yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
o
Hipotesis harus dinyatakan secara jelas,
dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk,
menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara
operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara
pasti variabel independendan variabel dependen.
o
Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga
dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang
diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas
menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel
atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
o
Hipotesis harus bebas nilai.
Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensisubyek tivitas tidak
memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
o
Hipotesis harus dapat diuji. Untuk
itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan
menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi.
Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang
dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis
yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak
ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis
bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan,
pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
o
Hipotesis harus spesifik. Hipotesis
harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus
bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus
memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam
istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis
menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X
dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang,
atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan
hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah
hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut,
teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat
diteliti karena dalam teoridijelaskan arah hubungan antara variabel yang
akan dihipotesiskan.
o
Hipotesis harus menyatakan perbedaan
atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu
hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
PENGERTIAN, CIRI-CIRI, KARAKTERISTIK METODE ILMIAH
Pengertian
Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah proses
keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti
fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya
untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis
tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali,
hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Unsur
utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
1. Karakterisasi
(pengamatan dan pengukuran)
2. Hipotesis
(penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
3. Prediksi
(deduksi logis dari hipotesis)
4. Eksperimen
(pengujian atas semua hal di atas)
Karakteristik
Metode Ilmiah
Metode ilmiah bergantung pada
karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi,
ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh
subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses
penentuan (definisi) dan pengamatan-pengamatan yang dimaksud seringkali
memerlukan pengukuran dan perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat
dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti
bintang atau populasi manusia. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya
ditabulasikan dalam table. Digambarkan dalam bentuk grafik atau dipetakan dan
diproses dengan penghitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
Umumnya
terdapat empat karakteristik penelitian ilmiah :
1. Sistematik.
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai
pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis.
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta
empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah
bekerjanya akal yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bias dengan
prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari
berbagai kasus individual (khusus), atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir
untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat
umum.
3. Empirik.
Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang
ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil
penelitian. Landasan empirik ada tiga yaitu :
a).
Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau
perbandingan satu sama lain).
b).
Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c).
Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan,melainkan ada penyebabnya.
4. Replikatif.
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali oleh peneliti
lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode,
kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi
operasional variable menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Ciri-ciri
Metode ilmiah
Metode ilmiah adalah sistem yang
digunakan oleh para ilmuwan untuk mengeksplorasi data, menghasilkan dan menguji
hipotesis, mengembangkan teori-teori baru dan mengkonfirmasi atau menolak hasil
sebelumnya. Meskipun metode yang tepat digunakan dalam ilmu-ilmu yang berbeda
bervariasi (misalnya, fisikawan dan psikolog bekerja dengan cara yang sangat
berbeda), mereka berbagi beberapa atribut fundamental yang dapat disebut
karakteristik metode ilmiah
Empiris
Metode ilmiah adalah empiris.
Artinya, hal itu bergantung pada pengamatan langsung dari dunia, dan meremehkan
hipotesis yang bertentangan dengan fakta yang dapat diamati. Ini berbeda dengan
metode yang mengandalkan akal murni (termasuk yang diusulkan oleh Plato) dan
dengan metode yang mengandalkan faktor subjektif emosional atau lainnya.
Direplikasi
Percobaan ilmiah dapat direplikasi.
Artinya, jika orang lain menduplikat percobaan, ia akan mendapatkan hasil yang
sama. Para ilmuwan seharusnya mempublikasikan cukup metode mereka sehingga
orang lain, dengan pelatihan yang tepat, bisa meniru hasil. Ini berbeda dengan
metode yang mengandalkan pengalaman yang unik untuk individu tertentu atau
sekelompok kecil orang.
Provisional
Hasil yang diperoleh melalui metode
ilmiah bersifat sementara; mereka (atau seharusnya) terbuka untuk pertanyaan
dan perdebatan. Jika data baru muncul yang bertentangan teori, teori yang harus
diubah. Misalnya, teori phlogiston api dan pembakaran ditolak ketika bukti
terhadap itu muncul.
Tujuan
Metode ilmiah adalah tujuan. Hal ini
bergantung pada fakta dan dunia seperti itu, bukan pada keyakinan, keinginan
atau keinginan. Para ilmuwan berusaha (dengan berbagai tingkat keberhasilan)
untuk menghapus bias mereka ketika melakukan pengamatan.
Sistematis
Sebenarnya, metode ilmiah adalah
sistematis; yaitu, hal itu bergantung pada studi yang direncanakan dengan
hati-hati bukan pada pengamatan acak atau sembarangan. Namun demikian, ilmu
pengetahuan dapat dimulai dari beberapa pengamatan acak. Isaac Asimov
mengatakan bahwa kalimat yang paling menarik untuk mendengar dalam ilmu
pengetahuan tidak “Eureka!” tapi “Itu lucu.” Setelah pemberitahuan ilmuwan
sesuatu yang lucu, ia melanjutkan untuk menyelidiki secara sistematis.
Ciri-ciri
lainnya adalah
- Bersifat ilmiah artinya penelitian
bersifat rasional, di lakukan melalui prosedur yang sistematis dengan
menggunakan fakta yang di peroleh secara valid dan kebenarannya bersifat
objektif.
- Memberikan kontribusi artinya bahwa
penelitian harus mengandung konstribusi atau nilai tambah teknologi yang
ada.
- Analitis artinya bahwa suatu
penelitian harus dapat di uraikan atau di buktikan dengan hubungan sebab
dan akibat antarvariabelnya dengan menggunakan metode ilmiah.
- Merupakan suatu proses yang
berjalan secara terus menerus karena suatu hasil penelitian selalu dapat
di sempurnakan lagi dan hasil dari suatu penelitian dapat di lanjutkan
oleh penelitian lain.
Berikut
unsur-unsur penelitian yang harus di perhatikan pada saat melakukan penelitian.
- Unsur ilmiah yaitu penggunaan ilmu
pengetahuan dan langkah-langkah penelitian sebagai metode berfikir.
Langkah yang di maksud adalah mulai dari pernyataan masalah, penggunaan
hipotesis, pengumpulan data, sampai dengan penarikan kesimpulan.
- Unsur penemuan artinya berusaha
mendapatkan sesuatu untuk menigisi kekosongan atau kekurangan.
- Unsur pengembangan yaitu memperluas
dan mengabalisis lebih dalam apa yang sudah ada.
- Unsur pengujian kebenaran yaitu
mengetes hal-hal yang masih di ragukan kebenarannya.
- Unsur pemecahan masalah yaitu upaya
untuk membuat solusi terhadap masalah yang sedang di jadikan sebagai bahan
penelitian.
Adapun
fungsi penelitian adalah menjajaki, menguji, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Menjajaki
Penelitian yang berfungsi menjajaki
disebut juga fungsi eksploratif. Penelitian ini berfungsi untuk menemukan
sesuatu yang belum ada pada sebuah ilmu pengetahuan.
Menguji
Penelitian yang berfungsi menguji di
sebut juga fungsi verifikasi. Penelitian ini berfungsi untuk menguji kebenaran
suatu ilmu pengetahuan yang telah ada.
Pengembangan
Penelitian yang berfungsi
mengembangkan di sebut juga fungsi developmental. Penelitian ini berfungsi
untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
Jumat, 08 April 2016
PENALARAN INDUKTIF
- Pengertian Penalaran Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf
yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung
pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa
pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis.
Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraph analogi,
paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.
Contoh
paragraf Induktif:
Pada saat ini remaja lebih menukai
tari-tarian dari barat seperti breakdance, Shuffle, salsa (danKripton),
modern dance dan lain sebagainya. Begitu pula dengan jenis musik umumnya mereka
menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional
mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya
luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan
budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.
·
Macam-macam Penalaran Induktif
Macam-macam
penalaran induktif diantaranya :
- Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang
berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi
mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan,
generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh
generalisasi:
Jika
ada udara, manusia akan hidup.
Jika
ada udara, hewan akan hidup.
Jika
ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴ Jika ada udara mahkluk
hidup akan hidup.
Macam-macam
generalisasi:
- Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh
fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini
memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja
yang belum diselidiki.
- Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi berdasarkan
sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena
sejenis yang belum diselidiki.
- Ciri-ciri paragraf berpola
induktif
Paragraf
berpola induktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Letak kalimat utama di akhir paragraf
2)
Diawali dengan uraian/penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan
umum
3)
Paragraf induktif diakhiri dengan kesimpulan
KARYA ILMIAH, KARYA SEMI ILMIAH, KARYA NON ILMIAH, SIKAP ILMIAH
KARYA
ILMIAH
KARYA
SEMI ILMIAH
KARYA
NON ILMIAH
SIKAP
ILMIAH
Pengertian
Karya Ilmiah
Karya ilmiah (bahasa
Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan
hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau
sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan
ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ciri-ciri
dari karya ilmiah, diantaranya sebagai berikut:
–
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari
pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang
baku.
–
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan
menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif,
tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
–
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal
(pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup.
–
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya
ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.
Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
Jenis-Jenis
Karya Tulis Ilmiah
1. Artikel
Dalam istilah jurnalistik, artikel adalah tulisan berisi pendapat subjektif penulisanya tentang suatu masalah atau peristiwa. Dalam konteks ilmiah, artikel adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati. Artikel ilmiah diangkat dari hasil pemikiran dan kajian pustaka atau hasil pengembangan proyek.
Dalam istilah jurnalistik, artikel adalah tulisan berisi pendapat subjektif penulisanya tentang suatu masalah atau peristiwa. Dalam konteks ilmiah, artikel adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati. Artikel ilmiah diangkat dari hasil pemikiran dan kajian pustaka atau hasil pengembangan proyek.
Sistematika
Artikel:
1. Judul
2. Nama
Penulis -- tanpa gelar akademik
3. Abstrak
--ringkasan tulisan, gambaran umum isi artikel.
4. Kata
Kunci --3-5 keywords.
5. Pendahuluan
-- latar belakang masalah dan rumusan singkat (1-2 kalimat) pokok bahasan dan
tujuannya.
6. Kerangka
Teori (Kajian Teori) --dasar teori yang menjadi acuan.
7. Pembahasan
--kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, keputusan, dan pendirian atau
sikap penulis
8. Penutup
-- simpulan dan saran
9. Daftar
Pustaka
2. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah biasanya disajikan dalam sebuah seminar atau dipresentasikan di kelas (tugas perkuliahan). Makalah juga diartikan sebagai karya ilmiah mahasiswa mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan. Makalah mahasiswa umumnya merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan suatu perkuliahan, baik berupa kajian pustaka maupun hasil kegiatan perkuliahan lapangan.
Pengertian yang lain dari makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut dengan disertasi analisis yang logis dan objektif. Makalah ditulis untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen atau ditulis atas inisiatif sendiri untuk disajikan dalam forum ilmiah.
Sistematika Makalah:
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah biasanya disajikan dalam sebuah seminar atau dipresentasikan di kelas (tugas perkuliahan). Makalah juga diartikan sebagai karya ilmiah mahasiswa mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan. Makalah mahasiswa umumnya merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan suatu perkuliahan, baik berupa kajian pustaka maupun hasil kegiatan perkuliahan lapangan.
Pengertian yang lain dari makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut dengan disertasi analisis yang logis dan objektif. Makalah ditulis untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen atau ditulis atas inisiatif sendiri untuk disajikan dalam forum ilmiah.
Sistematika Makalah:
1. Pendahuluan
2. Pembahasan
3. Kesimpulan
3. Kertas Kerja
Kertas kerja (work paper)
pada prinsipnya sama dengan makalah, namun dibuat dengan analisis lebih dalam
dan tajam dan dipresentasikan pada seminar atau lokakarya yang biasanya
dihadiri oleh ilmuwan. Kertas kerja itu menjadi acuan untuk tujuan tertentu dan
bisa diterima atau dimentahkan oleh forum ilmiah.
4.
Paper
Paper adalah sebutan khusus
untuk makalah di kalangan akademisi (mahasiswa) dalam kaitannya dengan
pembelajaran dan pendidikannya sebelum menyelesaikan jenjang studi (Diploma/S1/S2/S3).
Sistematika penulisannya sama dengan artikel atau makalah, tergantung panduan
yang berlaku di perguruan tinggi masing-masing.
5. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah
mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang studi S1 (Sarjana). Skripsi berisi
tulisan sistematis yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan
pendaagt (teori) orang lain.
Pendapat yang diajukan harus
didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan
penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium),
juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata
kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih
di bidang spesialisasinya.
6. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah
mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang studi S2 (Pasca Sarjana) yang
sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi.
Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari
penelitian sendiri.
7.
Disertasi
Disertasi --disebut juga "Ph.D
Thesis"-- adalah karya tulis ilmiah mahasiswa
untuk menyelesaikan jenjang studi S3 (meraih gelar Doktor/Dr) yang
mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan
data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini
berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal.
8.ArtikelIlmiahPopuler
Selain ketujuh jenis karya ilmiah, ada juga yang disebut artikel ilmiah populer, yaitu artikel ilmiah yang ditulis dengan gaya bahasa populer (bahasa media/bahasa jurnalistik) untuk dimuat di media massa (suratkabar, majalah, tabloid).
8.ArtikelIlmiahPopuler
Selain ketujuh jenis karya ilmiah, ada juga yang disebut artikel ilmiah populer, yaitu artikel ilmiah yang ditulis dengan gaya bahasa populer (bahasa media/bahasa jurnalistik) untuk dimuat di media massa (suratkabar, majalah, tabloid).
Karya
Semi Ilmiah
Pengertian
Karangan
semi Ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan
menurut metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa
konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta
umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang
menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak semi-formal
tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena
sering dimasukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut
ialah karena jenis semi ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik,
anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.
Ciri-ciri
karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu :
§ Ditulis
berdasarkan fakta pribadi;
§ Fakta
yang disimpulkan subjektif;
§ Gaya
bahasa formal dan popular;
§ Mementingkan
diri penulis;
§ Melebih-lebihkan
sesuatu;
§ Usulan-usulan
bersifat argumentative; dan Bersifat persuasive.
Jenis-jenis
karya ilmiah biasa digunakan dalam
Komik
Anekdot
Dongeng
Hikayat
Novel
Roman
cerpen
KARYA
NON-ILMIAH
Pengertian
Karya
non-ilmiah sangat bervariasi topic dan cara
penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan
fakta pribadi, umumnya bersifat subyektif, gaya bahasanya bias konkret atau
abstrak, gaya bahasanya formal dan popular.
Karya
noni lmiah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari
keuntungan dan sedikit informasi.
2.
Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca,
mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
3.
Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
4.
Kritik tanpa dukungan bukti.
Jenis-jenis
karya non ilmiah yaitu :
Dongeng
Cerpen
Novel
Drama
Roman
Sikap
Ilmiah
a.
Sikap Ingin Tahu : apabila menghadapi suatu masalah
yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan
pertanyaan tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera
sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan
kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
b.
Sikap Kritis : Tidak langsung begitu saja
menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti –
bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus
diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti
yang kuat.
c.
Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana
adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya
sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan
kepentingan dirinya sebagai subjek.
d.
Sikap ingin menemukan : Selalu memberikan
saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen
dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru
dari pengamatan yang dilakukannya.
e.
Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui
dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah
walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
f.
Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan
penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan
berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal
yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
g.
Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen
orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima
kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.
Langganan:
Postingan (Atom)